Kategori: Akhlaq dan Nasehat
Ar-Rabi’ mengatakan: Aku mendengar Syafi’i
mengatakan, “Apabila kalian mendapati di dalam kitabku sesuatu yang
bertentangan dengan Sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
ikutilah hal itu dan tinggalkan pendapatku.” [1]
Ar-Rabi’ berkata: Aku mendengar beliau -Imam
Syafi’i- mengatakan, “Langit manakah yang akan menaungiku. Bumi manakah
yang akan menjadi tempat berpijak bagiku. Jika aku meriwayatkan hadits dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian aku tidak
berpendapat sebagaimana kandungan hadits tersebut.” [2]
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Demi Rabbmu, sekali-kali mereka tidaklah beriman, hingga mereka
menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim/pemutus perkara atas segala
perselisihan yang terjadi diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati
kesempitan di dalam hati mereka, dan mereka pasrah kepadanya secara sepenuhnya.”
(QS. An-Nisaa’: 65)
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Tidaklah pantas bagi seorang beriman, lelaki atau perempuan,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara lantas masih ada
bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada
Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat
nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Al-Buwaithi berkata: Aku mendengar Syafi’i
mengatakan, “Hendaklah kalian berpegang kepada para ulama hadits,
ssungguhnya mreka adalah manusia yang paling banyak kebenarannya.” [3]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan senantiasa ada sekelompok orang diantara umatku ini yang menang -di
atas kebenaran- tidaklah membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka
hingga tegak hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)
Para imam; Imam Abdullah bin al-Mubarak (wafat
181 H), Yazid bin Harun (wafat 206 H), Ali bin al-Madini (wafat 234 H), Ahmad
bin Hanbal (wafat 241), dan Imam Bukhari (wafat 256 H) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan ‘kelompok’ di dalam hadits tersebut adalah as-habul hadits
(pengikut hadits). Imam Ahmad bin
Hanbal berkata, “Seandainya mereka bukan as-habul hadits maka aku tidak tahu
lagi siapakah mereka itu?” [4]
Catatan Kaki:
[1] Lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 55
[2] Lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 56
[3] Lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 63
[4] Lihat Nasha’ih Manhajiyah Li Thalib ‘Ilmi as-Sunnah an-Nabawiyah, hal. 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar