Hadits menurut Bahasa artinya baru. Hadits juga -secara bahasa- berarti "sesuatu yang dibicarakan dan dinukil", juga "sesuatu yang sedikit dan banyak". Bentuk jamaknya adalah ahadits. Adapun firman Allah Ta'ala,
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُواْ بِهَـٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَسَفاً
"Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada hadits ini" (Al-Kahfi: 6). Maksud hadits dalam ayat ini adalah Al-Quran.Juga firman Allah,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
"Dan adapun nikmat Tuhanmu, maka sampaikanlah." (Adh-Dhuha: 11). Maksudnya: sampaikan risalahmu, wahai Muhammad. (.Lisanul Arab, Ibnu Manzur.)Hadits menurut istilah ahli hadits adalah: Apa yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, sebelum kenabian atau sesudahnya.
Al Khabar ialah Pengertiannya sama dengan Al Hadits, dengan demikian ia
didefinisikan sama seperti al Hadits. ada juga yang berpendapat Al Khabar
sebagai berikut : Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam atau yang selainnya. Dengan demikian pengertiannya lebih umum
dan luas.
Al Atsar, ialah Suatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in (generasi
setelah sahabat). Terkadang Al Atsar dimaksudkan dengan sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits) apabila dalam
satu kalimat ia disertakan kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti
perkataan : Dan dalam Atsar dari Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits
Nabi).
Hadits Qudsi ialah: Hadits yang diriwayatkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya (Allah Subhaanahu wa Ta’ala). Hadits
Qudsi dinamakan juga Hadits Rabbani dan Hadits Ilaahi. Kedudukan Hadits
Qudsi diantara Al Qur’an dan Hadits Nabawi, tidaklah sama karena Al Qur’an
disandarkan kepada Allah Ta’ala baik lafadz dan maknanya. Sedangkan Hadits
Nabawi disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik lafadz dan
ma’nanya dan Al Hadits Al Qudsi disandarkan kepada Allah Ta’ala secara ma’na
tidak secara lafadznya dan karena itu tidak bernilai ibadah didalam membaca
lafadznya dan tidak boleh dibaca didalam sholat, dan tidak dinukil secara
mutawattir (keseluruhannya) sebagaimana penukilan Al Qur’an, akan tetapi
sebagiannya ada yang shahih, dhaif, dan maudhu.
Mushthalahul Hadits adalah : ilmu tentang dasar dan kaidah untuk mengetahui keadaan seorang perawi dan yang diriwayatkannya dari segi diterima dan ditolaknya.
Objeknya adalah sanad dan matan dari segi diterima dan ditolaknya.
Faidahnya membedakan antara hadits-hadits yang shahih dengan
hadits-hadits yang sakit (cacat).
Sanad adalah : suatu jalan yang menyampaikan kepada matan atau suatu
perantara yang menyampaikan kepada rawi Hadist.
Matan adalah : Suatu yang akan menyampaikan kepada sanad dari ucapan
atau disebut juga redaksi hadist atau isi hadist
Al-Musnad : secara bahasa berarti yang disandarkan kepadanya. Sedangkan
Al-Musnad menurut istilah ilmu hadits mempunyai beberapa arti :
- Setiap buku yang berisi kumpulan riwayat setiap shahabat secara tersendiri.
- Hadits yang sanadnya bersambung dari awal sampai akhir.
- Yang dimaksud dengan Al-Musnad adalah sanad, maka dengan makna ini menjadi mashdar yang diawali dengan huruf mim (mashdar miimi).
Al-Musnid : orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik dia mempunyai
pengetahuan terhadap hadits atau hanya sekedar meriwayatkan saja.
Al-Muhaddits adalah orang yang berkecimpung dengan ilmu
hadits baik secara periwayatan maupun dirayah, menelaah berbagai riwayat serta
keadaan para perawinya.
Al-Hafidh Menurut kebanyakan ahli hadits sepadan dengan Al-Muhaddits.
Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Hafidh derajatnya lebih tinggi
dari Al-Muhaddits karena yang dia ketahui pada setiap thabaqah
(tingkatan/kedudukan) lebih banyak daripada yang tidak dia ketahui.
Al Hujjah : Orang yang hapal tiga ratus ribu hadist beserta sanadnya.
Al-Hakim menurut sebagian ulama adalah orang yang menguasai semua hadits
kecuali sebagian kecil yang tidak dia ketahui.
Ashhab As-Sunan : Para ulama penyusun kitab-kitab “Sunan” yaitu:
Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan Ibnu Majah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar